NAVIGASI

Navigasi adalah penetuan posisi dan arah perjalanan, baik di medan perjalanan atau di peta. Navigasi terdiri atas navigasi darat, sungai, pantai dan laut, namun yang umum digunakan adalah navigasi darat.

Navigasi darat adalah ilmu yang mempelajari cara seseorang menentukan suatu tempat dan memberikan bayangan medan, baik keadaan permukaan serta bentang alam dari bumi dengan bantuan minimal peta dan kompas. Pekerjaan navigasi darat di lapangan secara mendasar adalah titik awal perjalanan (intersection dan resection), tanda medan, arah kompas, menaksir jarak, orientasi medan dan resection, perubahan kondisi medan dan mengetahui ketinggian suatu tempat.

1. Alat-alat navigasi terdiri dari:
- kompas adalah alat untuk menentukan arah mata angin berdasarkan sifat magnetik kutub bumi. Arah mata angin utama yang bisa ditentukan adalah N (north = utara), S (south = selatan), E (east = timur) dan W (west = barat), serta arah mata angin lainnya yaitu NE (north east = timur laut), SE (south east = Tenggara), SW (south west = barat daya) dan NW (north west = barat laut). Jenis kompas yang umum digunakan adalah kompas sylva, kompas orientasi, dan kompas bidik/prisma.
- altimeter adalah alat untuk menentukan ketinggian suatu tempat berdasarkan perbedaan tekanan udara.
- peta adalah gambaran sebagian/seluruh permukaan bumi dalam bentuk dua dimensi dengan perbandiangan skala tertentu. Jenis-jenis peta terdiri dari peta teknis, peta topografi dan peta ikhtisat/geografi/wilayah. Bagian-bagian peta antara lain judul, nomor, koordinat, skala, kontur, tahun pembuatan, legenda, dan deklinasi magnetis.
- GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio-navigasi global yang terdiri dari beberapa satelit dan stasiun bumi. Fungsinya adalah menentukan lokasi, navigasi (menentukan satu lokasi menuju lokasi lain), tracking (memonitor pergerakan seseorang/benda), membuat peta di seluruh permukaan bumi, dan menetukan waktu yang tepat di tempat manapun.

2. Menentukan arah tanpa alat navigasi
Selain mengguanakan alat-alat navigasi, kita juga dapat menggunakan arah mata angin dengan tanda-tanda alam dan buatan, yaitu:

- tanda-tanda alam yaitu matahari, bulan dan rasi bintang
- tanda-tanda buatan yaitu masjid, kuburan dan kompas sendiri dari jarum/silet yang bermagnet dan diletakkan di atas permukaan air

- flora-fauna:
tajuk pohon yang lebih lebat biasanya berada di sebelah barat
lumut-lumutan Parmelia sp. dan Politrichum sp. biasanya hidup lebih baik (lebat) pada bagian barat pohon
tumbuhan pandan hutan biasanya cenderung condong ke arah timur
sarang semut/serangga biasanya terletak di sebelah barat pepohonan

3. Mecegah dan menanggulangi keadaan tersesat

Tersesat adalah hilangnya orientasi, tidak dapat mengetahui posisi yang sebenarnya dan arah yang akan dituju. Hal tersebut biasanya karena berjalan pada malam hari, tidak cukup sering menggunakan peta dan kompas dalam perjalanannya, tidak tahu titik awal pemberangkatan di peta dan melakukan potong kompas. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah tersesat antara lain:
- selalu melapor kepada petugas terkait atau orang yang dipercaya mengenai tujuan perjalanan, lamanya dan jumlah anggota yang ikut
- selalu mengingat keadaan sekitar perjalanan berdasarkan kelima indera yang dimiliki
- tetaplah berada pada jalur yang telah ada dengan memberi petunjuk pada tiap persimpangan
- perhatikan obyek yang mencolok seperti mata air, bukit, sungai atau gunung
- pada saat berjalan sekali-kali tengoklah ke arah belakang, ingatlah jalur tersebut jika dilihat dari arah berlawanan

- pelajari dengan benar alat-alat navigasi yang dibawa
- gunakanlah kompas sebelum tersesat
- belajarlah membaca tanda-tanda alam untuk menentukan arah mata angina
- jangan pernah percaya secara penuh kepada orang lain termasuk kepada pemimpin.

Pedoman yang bisa digunakan apabila tersesat adalah S T O P, yaitu:

S = Seating, berhenti dan beristirahat dengan santai, hilangkan kepanikan
T = Thinking,berpikir secara jernih (logis) dalam situasi yang sedang dihadapi
O = Observaton, melakukan pengamatan/observasi medan di lokasi sekitar, kemudian tentukan arah dan tanda-tanda alam yang dapat dimanfaatkan atau yang harus dihindari
P = Planning, buat rencana dan pikirkan konsekuensinya bila anda sudah memutuskan sesuatu yang akan anda lakukan.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi keadaan tersesat adalah:

- membuat tempat berlindung (shelter) dari bahaya atau cuaca buruk

- tetap tenang, tidak panik, berpikir jernih dan mencoba ingat jalur perjalanan
- orientasi dapat dipermudah dengan menuju tempat yang tinggi/memanjat pohon

- gunakan kompas dan peta (alat navigasi) atau indikator alam

- buat petunjuk untuk mempermudah orang lain mencari keberadaan kita, misalnya dengan tulisan, peluit, asap, sinar atau berteriak

- tetap bersama-sama dengan kelompok dalam kondisi apapun

- memanfaatkan situasi dengan menunggu bala bantuan, mencari makanan, mencari air dan lainnya

Persiapan Pendakian

Banyak remaja sering mengisi waktu liburan dengan naik gunung. Namun, karena ketidak-tahuan, kegiatan fisik berat itu sering tidak disiapkan dengan baik.Padahal, mendaki gunung ditentukan oleh faktor ekstern dan intern, dan kebugaran fisik mutlak diperlukan.

Pendaki gunung legendaris asal Inggris, Sir George Leigh Mallory, kerap menjawab pendek pertanyaan mengapa ia begitu tergila-gila naik gunung. *Because it is there, *ujarnya. Jawaban itu menggambarkan betapa luas pengalamannya mendaki gunung dan bertualang. Selain jawaban itu, masih banyak alasan mengapa seseorang mendaki gunung atau menggeluti kegiatan petualangan lainnya.

Anggota-anggota Mapala Universitas Indonesia-kelompok pencinta alam tertua (bersama Wanadri Bandung) di Indonesia-contohnya. Mereka punya alasan lebih panjang dari Mallory. Dalam halaman awal buku pegangan petualangan yang dimiliki seluruh anggotanya tertulis, Nasionalisme tidak dapat tumbuh dari slogan atau indoktrinasi. Cinta tanah air hanya tumbuh dari melihat langsung alam dan masyarakatnya. Untuk itulah kami naik gunung.

Yang jelas, tidak seorang petualang alam-komunitas di Indonesia lebih senang menggunakan istilah pencinta alam-melakukan kegiatan itu dengan alasan untuk gagah-gagahan. Karena bukan untuk gagah-gagahan, maka sebaiknya tidak ada istilah modal nekad dalam mendaki gunung.

Bagaimanapun, gunung dengan rimba liarnya, tebing terjal, udara dingin,kencangnya angin yang membuat tulang ngilu, malam yang gelap dan kabut yang pekat bukanlah habitat manusia modern. Bahaya yang dikandung alam itu akan menjadi semakin besar bila pendaki gunung tidak membekali diri dengan peralatan, kekuatan fisik, pengetahuan tentang alam, dan navigasi yang baik.

Tanpa persiapan yang baik, naik gunung tidak bermakna apa-apa. Secara umum, ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya pendakian gunung. Pertama, faktor ekstern atau faktor yang berasal dari luar diri pendaki. Cuaca, kondisi alam, gas beracun yang dikandung gunung dan sebagainya yang merupakan sifat dan bagian alam. Karena itu, bahaya yang mungkin timbul seperti angin badai, pohon tumbang, letusan gunung atau meruapnya gas beracun dikategorikan sebagai bahaya objektif (objective danger). Seringkali faktor itu berubah dengan cepat di luar dugaan manusia.

Tidak ada seorang pendaki pun yang dapat mengatur bahaya objektif itu. Namun dia dapat menyiapkan diri menghadapi segala kemungkinan itu. Diri pendaki, segala persiapan, dan kemampuannya itulah yang menjadi faktor intern, faktor kedua yang berpengaruh pada sukses atau gagalnya mendaki gunung.

Bila pendaki tidak mempersiapkan pendakian, maka dia hanya memperbesar bahaya subyektif. Misalnya, bahaya kedinginan karena pendaki tidak membawa jaket tebal atau tenda untuk melawan dinginnya udara dan kencangnya angin.

Tidak bisa ditawar, mendaki gunung adalah kegiatan fisik berat. Karena itu, kebugaran fisik adalah hal mutlak. Untuk berjalan dan menarik badan dari rintangan dahan atau batu, otot tungkai dan tangan harus kuat. Untuk menahan beban ransel, otot bahu harus kuat. Daya tahan (endurance) amat diperlukan karena dibutuhkan perjalanan berjam-jam hingga hitungan hari untuk bisa tiba di puncak.

Bila tidak biasa berolahraga, calon pendaki sebaiknya melakukan jogging dua atau tiga kali seminggu, dilakukan dua hingga tiga minggu sebelum pendakian. Mulailah jogging tanpa memaksa diri, misalnya cukup 30 menit dengan lari-lari santai.

Tingkatkan waktu dan kecepatan jogging secara bertahap pada kesempatan berikutnya. Bila kegiatan itu terasa membosankan, dapat diselingi dengan berenang. Dua olahraga itu sangat bermanfaat meningkatkan endurance dan kapasitas maksimum paru-paru menyedot oksigen (Volume O2 maximum/VO2 max).

Latihan push up, sit up, pull up sebaiknya juga dilakukan untuk memperkuat otot-otot. Saking semangatnya, pendaki muda kerap kali ingin segera mencapai puncak,apalagi bila kegiatan itu dilakukan berkelompok. Persaingan untuk berjalan paling cepat, paling depan, dan menjadi orang pertama memijak puncak,sebaiknya ditinggalkan.

Mendaki gunung yang baik justru melangkah perlahan dalam langkah-langkah kecil dan dalam irama tetap. Dengan berjalan seperti itu , pendaki dapat mengatur napas, dan menggunakan tenaga seefisien mungkin. Bagaimanapun mendaki merupakan pekerjaan melelahkan. Selain itu, keindahan alam dan kebersamaan dalam rombongan, sering menggoda pendaki untuk banyak berhenti dan beristirahat di tengah jalan. Bila dituruti terus, bukan tidak mungkin pendakian malah gagal mencapai puncak. Karena itu, cobalah membuat target pendakian. Misalnya, harus berjalan nonstop selama satu jam, lalu istirahat 10 menit, kembali mendaki selama satu jam dan seterusnya. Lakukan hal ini hingga mencapai puncak atau hari telah sore untuk berkemah. Pada medan perjalanan yang landai, target waktu seperti itu dapat diganti dengan target tempat. Caranya, tentukanlah titik-titik target di peta sebagai titik beristirahat.

Buatlah jadwal rencana kegiatan sehingga waktu yang tersedia digunakan seefektif mungkin dalam bergiat di alam. Jadwal itu memungkinkan pendaki menghitung berapa banyak makanan, pakaian, peralatan harus dibawa, dan dana yang harus disiapkan. Jadwal itu antara lain mencakup keberangkatan, jadwal dan rute pendakian, kapan tiba di puncak, jadwal dan rute pulang, dan seterusnya. Jadwal pendakian perhari dapat lebih dirinci dengan berapa jam jatah pendakian, pukul berapa dimulai dan kapan berhenti serta seterusnya.

Untuk menghindari beban bawaan terlalu berat, hindari membawa barang-barang yang tidak perlu. Misalnya, cukup membawa baju dan celana tiga atau empat stel meski pendakian memerlukan waktu cukup lama. Satu stel pakaian dikenakan saat berangkat dari rumah hingga kaki gunung dan saat pulang. Satu stel sebagai baju lapangan saat mendaki. Satu stel yang lain sebagai baju kering yang digunakan saat berkemah. Rain coat dan payung dapat dicoret dari barang bawaan bila telah membawa ponco. Bila telah membawa lilin, cukup membawa batu batere seperlunya untuk menyalakan senter dalam keadaan darurat. Piring dapat ditinggal di rumah karena wadah makanan dapat menggunakan rantang memasak atau cangkir.


Bila barang perlengkapan telah terkumpul, masukkan semua ke dalam ransel. Jangan biarkan ada sejumlah barang seperti cangkir atau sandal diikat di luar ransel. Selain tidak sedap dipandang, risiko hilang selama pendakian, amat besar. Meski demikian, ada beberapa barang yang ditolerir bila ditaruh di luar ransel dan diikat dengan tali webbing ransel. Misalnya, matras karet dan tiang tenda. Namun, yakinkan, semua telah diikat dengan kencang. Menaruh barang di dalam ransel amat berbeda dengan cara memasukkan buku-buku pelajaran dalam daypack (ransel kecil yang biasa digunakan ke sekolah). Buku pelajaran, baju praktikum, kalkulator dapat kita cemplungkan begitu saja ke dalam daypack. Sebaliknya, barang-barang pendakian harus dimasukkan dalam ransel dengan aturan tertentu sehingga mengurangi rasa sakit saat memanggul dan menghindari ruang kosong dalam ransel.


Prinsip pengepakan barang dalam ransel.

1. Letakkan barang ringan di bagian bawah dan barang berat di bagian atas.
2. Barang-barang yang diperlukan paling akhir (misalnya peralatan kemping dan tidur), ditaruh di bagian bawah dan barang yang sering dikeluar-masukkan(seperti jaket, jas hujan, botol air) di bagian atas.
3. Jangan biarkan ada ruang kosong dalam ransel. Contoh, manfaatkan bagian dalam panci sebagai tempat menyimpan beras.

Untuk itu, langkah pertama mengepak perlengkapan pendakian adalah mengelompokkan barang menurut jenis, seperti:

a. pakaian dan kantung tidur,
b. alat memasak,
c. tenda,
d. makanan.


Bungkus kelompok-kelompok barang itu dalam kantong-kantong plastik agar mudah dicari. Sebagian besar pendaki menganggap, mengepak barang merupakan seni tersendiri dan kerap mengasyikkan.

Tulisan ini pernah dimuat kompas

pendakian Gunung arjuno- welirang


Mendaki gunung Arjuno - welirang



Mendaki gunung Arjuno-Welirang tidaklah terlalu sukar karena gunung ini sangat populer di Jawa Timur.
Puncak Gunung Arjuna dan G. Welirang terletak pada satu gunung yang sama. G. Arjuna dapat didaki dan berhagai arah; arah Utara (Tretes) melalui G. Welirang, dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta). Dari Surabaya kita naik bus jurusan Malang, turun di Pandaan dan ganti kendaraan (Colt) ke jurusan Tretes. Tretes merupakan tempat Wisata dan Hutan Wisata serta terdapat air terjun yang indah yaitu Air terjun Kakek Bodo. Di Tretes banyak tersedia hotel maupun Losmen, hawanya sejuk dan merupakan tempat peristirahatan yang nyaman.

` Dan Pos PHPA Tretes kita dapat langsung rnendaki G. Welirang dan juga G. Arjuna. Setelah berjalan antara 4 - 5 jam ke arah barat daya dari Tretes kita dapat berhenti dan bermalam di pondok tempat orang mencari bijih belerang, disini kita dapat mengambil air dan memasak atau mandi, karena air cukup melimpah. Hampir setiap han sekitar 20 — 30 orang buruh mencari dan membawa batu belerang ke Tretes.

Besok paginya kita dapat mulai mendaki ke puncak G. Welirang atau berbelok kita langsung kearah G. Arjuna. Perjalanan dan pondok sampai ke puncak G. Welirang, akan melewati hutan Cemara yang jalannya berbatu. Setelah berjalan 3 jam kita akan sampai di puncak G. Welirang. Di bawah puncak G. Welirang ada sebuah kawah yang menyemburkan gas belerang. Perjalanan dari Tretes sampai ke puncak G. Welirang memakan waktu 7 - 8 jam.

Bila kita akan melanjutkan penjalanan menuju G. Arjuna maka setelah kita sampai di puncak G. Welirang kita berjalan turun ± 10 menit tepatnya ke arah selatan. Hutan yang dilalui adalah hutan cemara dengan melewati sebuah jurang dan pinggiran G. Kembar I dan G. Kembar II. Setelah berjalan 6 - 7 jam kita akan sampai di puncak G. Arjuna. Tetapi sebelumnya kita akan melewati tempat yang dinaniakan “Pasar Dieng”, ketinggiannya hampir sama dengan puncak G. Arjuna dan terdapat batuyang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas. Dari sini untuk ke Puncak G. Arjuna hanya memakan waktu ± 10 menit. Untuk mencapai G. Arjuna dan G. Welirang dibutuhkan waktu 5 sampai 6 jam.

Puncak G. Arjuna anginnya sangat kencang dan suhunya antara 5-10 derajat celcius. Disini kita dapat menikmati suatu Panorama yang sangat indah terutama bila malam hari, kita dapat melihat ke bawah, kota-kota seperti Surabaya, Malang, Batu, Pasuruan. serta laut utara dengan kerlipan lampu- lampu kapal.

Puncak G. Arjuna disebut juga dengan Puncak Ogal-Agilr atau Puncak Ringgit. Setelah berkemah di puncak, besok paginya kita dapat turun ke kota Lawang atau ke arah timur dengan melewati Hutan Cernara, Hutan tropis dan perdu. setelah itu kita akan melewati Perkebunan Teh Wonosari bagian utara. Turun ke arah Lawang lebih dekat dan menyingkat waktu daripada kembali ke arah G. Welirang/Tretes. Perjalanan turin ke arah Lawang kurang lebih 6 jam.

Mendaki G. Arjuno dari kota Lawang merupakan awal pendakian yang praktis karena kota Lawang mudah sekali kita tempuh baik dan arah Surabaya maupun Malang, selain itu Puncak G. Arjuno dapat langsung kita tuju dan arah ini.

Bila kita menginginkan mendaki dari kota Lawang, dari arah Surabaya kita naik bus jurusan Malang dan turun di Lawang (kira-kira 76 Km) dan bila dari Malang, dari Terminal Arjosari kita naik bus menuju Lawang dengan jarak 18 Km.

Dan Lawang kita naik kendaraan umum (angkutan desa) menuju desa Wonorejo sejauh 13 km. Pendakian ke puncak dimulai dari desa ini menuju ke Perkebunan Teh desa Wonosari sejauh 3 km. Di sini kita melapor pada petugas PHPA dan juga meminta ijin pendakian, persediaan air kita persiapkan juga di desa terakhir ini.

Dari desa Wonosari terus berjalan dan melewati kebun teh Wonosari serta terus naik selama 3 - 4 jam perjalanan kita akan sampai di r0;Oro - Oro Ombor yang merupakan tempat berkemah.

Dari Oro-oro Ombor menuju ke puncak dibutuhkan waktu 6-7 jam perjalanan dengan melewati hutan lebat yang disebut hutan r0;LaliJiwor1; untuk menuju puncak terakhir ini. Setelah kita melewati Hutan LaliJiwo kita akan melalui padang rumput yang jalannva menanjak (curam) sekali. Mendekati puncak, kita akan berjalan melewati batu-batu yang sangat banyak dan menjumpai tanaman yang sangat indah setelah itu kita akan mencapai puncak G. Arjuna.

Rute pendakian lainnya yaitu dari kota Batu lewat Selecta yang terletak di sebelah Barat G. Welirang. Kota Batu merupakan tempat wisata yang memiliki sumber air hangat dari kaki G. Welirang dan keadaannva tidak berbeda jauh dengan Tretes. Dari arah Kediri atau Malang untuk menuju Batu kita dapat naik bus/Colt, selanjutnya perjalanan dari Batu menuju Selecta menggunakan Colt (angkutan pedesaan). Selecta salah satu tempat wisata yang ada di kota Batu dengan ketinggian 1.200 m dari permukaan laut.

Setelah tiba di Selecta kita dapat bermalam haik di Hotel maupun Losmen. Besok paginya dengan colt, kita menuju desa Kebonsari. Di desa ini kita harus menyiapkan air secukupnya untuk perjalanan ke puncak dan kembalinya.

Kita memulai pendakian dengan melewati ladang sayur-sayuran dan jalan setapak menuju ke arah timur laut dan terus naik melewati hutan tropika, dalam perjalanan ini samar-samar akan terlihat puncak G. Arjuna.

Mendaki selama 5 - 6 jam akan mengantarkan kita pada punggungan gunung yang menghubungkan Puncak G. Welirang dan G. Arjuno, tepatnya sebelah tenggara G. Kembar I. Kita masih harus menempuh perjalanan 1 - 2 jam lagi untuk menujupuncak G. Welirang ke arah kiri atau G. Arjuno ke anah kanan selama 4 - 5 jam.

Mendaki Gunung


Mendaki Gunung

Bagi seorang pendaki gunung, perjalanan mendaki gunung tidaklah sekedar perjalanan menelusuri alam saja. Ada perjalanan hati di dalamnya. Kepuasan perjalanan hati ini berbeda-beda, tergantung dari sang pendaki – termasuk saya.

Pendaki gunung, tentu juga akan paham betul arti sebuah kebersamaan. Terlebih jika kita mendaki gunung secara bersamaan. Kemana pun langkah kaki bergerak, haruslah bersamaan. Tidak ada yang tertinggal. Satu sakit, atau capek, maka seluruh anggota tim hendaknya beristirahat dan menunggu untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju puncak. Masalahnya, kadang ada yang sakit atau hanya ”merasa” sakit. Parah lagi, jika ada yang pura-pura sakit karena merasa perjalanan masih jauh.

sekarang, ketika saya pelajar, di sma negri 1 sukodadi adalah salah satu organisasi yang saya ikuti. Kebetulan, saya mendapatkan ilmu banyak di situ,.
setiap tahun kita melakukan diklat yang di adakan dengan cara mendaki gunung.

Di sela-sela waktu libur, kami memutuskan untuk melakukan diklat pendakian. Masing-masing dari kami memiliki tujuan yang sama. .ketika di perjalanan saya menbagi tugas dengan teman lainya Alhasil, saya dan teman pun membagi tugas. Lepas jam 8 malam, kami memulai perjalanan. Di awal perjalanan, leader (pembina) saya memilih untuk berjalan di depan sebagai pembuka jalan . Saya sendiri berjalan di tengah, dan yang di belakang senior saya sebagai sapu ranjau”.. jika ada yang tertinggal atau lainnya.

Mulanya perjalanan berjalan dengan lancar. Canda dan tawa mengiringi perjalanan di gelapnya malam. Setelah 2-3 jam perjalanan, seorang rekan sudah mengeluh jika persediaan airnya dah mau habis. Rupanya konsumsi air dia lumayan banyak. Sebagai solusi, rekan saya menawarkan air yang dibawanya. Karena perjalanan masih cukup panjang, rekan saya itu pun mengingatkan agar air itu jangan dihabiskan. Masalah teratasi, dan kami pun meneruskan perjalanan.

Satu jam kemudian, beberapa rekan sudah mengeluh capek dan minta untuk istirahat. Kami pun menyetujuinya. Kami memilih tanah yang sedikit lapang untuk beristirahat. Beberapa rekan kemudian membuka bekalnya, dan menikmatinya. Asupan energi itu rupanya membangkitkan semangat untuk bercanda gurau kembali di antara rekan-rekan saya tersebut. Sayangnya, ini juga awal dari masalah yang baru.

Satu rekan mengeluh capek, satu lagi memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan berhenti di tepat kami beristirahat, satu lagi menyalahkan persiapan yang kurang dari rekan yang kehabisan air (dan bekal), dan sebagainya. Intinya, mengeluhkan situasi yang sedang dihadapi. Diskusi pun kemudian muncul, untuk memutuskan apakah perjalanan dilanjutkan atau berhenti sambil menunggu pagi dan kemudian turun kembali.

Dalam diskusi, berbagai pendapat dan alasan yang muncul, serta beradu satu sama lain. Rekan saya yang tidak ingin melanjutkan perjalanan adalah orang yang paling punya alasan untuk tidak melanjutkan pendakian yang sedang kami lakukan. Dia punya cukup banyak stok alasan bahwa pendakian ini mustahil untuk dilanjutkan. Alhasil, dia pun paling kencang berteriak dan mengajak yang lainnya berhenti saja. Dalam pendakian, orang seperti ini adalah orang yang berbahaya. Untuk itu, sebaiknya dia harus dibungkam. Jika tidak, maka pengaruh yang buruk akan menular ke lainnya.

Dalam pendakian ke puncak penanggungan yang kami lakukan, Rekan-rekan yang lain memutuskan melanjutkan pendakian. Dan ketika mentari bersinar, kami sudah di padang edelweis. Fiuhhh.. puasss rasanya.

Nah, menariknya… ketika kami turun, rupanya jarak antara tempat beristirahat itu ternyata tidak jauh-jauh amat. Tidak seperti yang diomongkan atau ditakutkan bahwa perjalanan kami itu mustahil.

Dalam sebuah perusahaan, atau organisasi, banyak sekali kita menjumpai orang yang kencang berteriak. Ini mustahil.. ini nggak mungkin… atau bla.. bla.. bla.. Banyak orang berhenti ketika sebenarnya tujuan ada dan tampak di depan mata. Di sinilah kita belajar untuk mengetahui karakter sejati seorang manusia. Push them to the limit!. Dan mendaki gunung adalah salah satunya. Kegiatan-kegiatan yang dapat mengajak orang untuk mengeluarkan daya kreasi maksimalnya inilah yang dapat kita gunakan untuk mengetahui karakter sejati itu. Karakter itu muncul ketika capek dan/atau suntuk sudah terasa. Ada yang mengeluh. Ada yang bersabar ria. Ada yang egois. Dan sebagainya…

Mitos Pendakian Gunung Slamet

Mitos Pendakian Gunung Slamet

Sekang Wikipédia, Ènsiklopédhi Bébas basa Banyumasan: dhialék Banyumas, Tegal, Cirebon karo Jawa Serang/Banten lor.

Tulisan/artikel kiye kudu diterjemahna ming basa Banyumasan.

Tulisan/artikel kiye urung / tembe diterjemahna sebagian. Mangga ngewangi ngelanjutaken. (Deleng juga pedoman alih basa.)Bab lan paragraf [delikna]
1 Prakata
2 Syarat & Pantangan
3 Juru Kunci
4 Pantangan Liyane
5 Dina Pantangan


Prakata

Menurut ceritane wong tua, Gunung Slamet pancen mandan sejen/beda karo gunung-gunung liyane nang tlatah Jawa, Gunung Slamet pancen dudu gunung sing biasa didaki mung kanggo tujuan wisata/rekreasi, hobi utawa mung sekedar pengin naklukaken. Pendakian meng puncak Gunung Slamet biasane kanggo tujuan-tujuan khusus umpamane merga ana alesan spiritual, mulane pendaki-pendaki kudu nglengkapi syarat-syarate ndisit.


Syarat & Pantangan

Pendaki kudu nggawa kembang, Kemenyan, karo kudu ana Juru Kunci sing njujugna. Cok-cokan pancen ana pendaki sing ora nggawa syarat-syarat kuwe ningen asal tingkaeh ora kebangeten, dheweke bisa slamet paling-paling pendaki kuwe ngalami utawa ndeleng kedaden-kedaden sing mandan aneh, ning ora mbahayani jiwane.

Pantangan sing paling penting tur kudu dieling-eling jan aja nganti dilanggar kuwe cawaran utawi aja nylemong sekarepe dewek.


Juru Kunci

Ana papat wong sing dipercaya ning sekitar kawasan lereng gunung Slamet. sing pertama Warsito sekang desa Sirameng sing ngewarisi sekang buyute: Nini Manten Sarak, juru kunci wadon ning jaman Belanda. Nini Manten Sarak mau keturunan pertama juru kunci sekang desa Siremeng.

Juru kunci keloro Sumedi, keturunan Mbah Naprawi, juru kunci sekang Bambangan.

Ketelu, Warjono, sekang Jurangmangu, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.

Terakhir jenenge Karsad sekang Dukuh Liwung, Guci, Tegal.

Para pendaki sing lewat salah siji sekang patang juru kunci mau bisa dipastikna bakal aman. Soale munggah Gunung Slamet beda karo munggah gunung-gunung liyane. Aturanne para pendaki kudu diterna neng juru kunci. Mergane juru kunci mau wong-wong sing terpilih lan mereka kudu nglengkapi syarat sing ora bisa dibantah, yakuwe kudu wong sing nduweni garis keturunan dina kelairan Setu Wage.


Pantangan Liyane

Saliyane ora olih sembarang ngucap, pantangan liyan sing kudu dipatuhi kuwe pendaki ore olih mesum karo ora olih nyekel dengkul. Pantangan kaping loro bisa dianggepe wajar sebabe ora mung nang gunung Slamet, nang ngendi bae ding dianggep keramat, wong sing teka ora olih mesum. Tapine pantangan sing terakhir kiye mandan ora mlebu nang akal. Tapi, ya kaya kuwe kenyataane. Pendaki sing nyekeli dengkul pas manjat, bisa dipastikna ora bakalan tekan puncak.Iya soale uwis kekeselen dadine nyekeli dengkul bae. Aja kaya kuwelah.ngomong sing bener bae ben wong wong ora wedi munggah ming gunung slamet. Soale makin akeh sing munggah mestine makin akeh maning pemasukan nggo wong sekitare ( brambangan sekitare ). Sing jelas gunung slamet is the best-lah di banding gunung gunung liyane.

Dina Pantangan

kejaba kuwe,ana dina-dina tertentu sing ora olih dinggo ndaki. maksude, nang dina-dina kuwe pendaki ora olih babar blas munggah gunung Slamet. aja maning pendaki, juru kunci bae ora wani munggah nang dina-dina larangan. Dina-dinane yakuwe:'Minggu Legi, Slasa Legi, Setu Paing, Minggu Paing. kejaba dina kuwe, juru kunci pasti seneng banget nganter pendaki.

Sing ndadekna beda Gunung Slamet kuwe bahwa pendaki sebenere kudu ngagawa kembang lan kemenyan. Maksude kanggo sesajen marang sing mbaureksa gunung Slamet. Sebenere Gunung Slamet dudu kanggo refresing atawa nyalurna hobby tok. Nanging luwih saka kuwe gunung Slamet sebenare kaya panggonan sing kanggo wong memohon supaya kekarepane dikabulna. Hal kuwe dibuktekna anane syukuran warga masyarakat sekitar saben tanggal siji sura(1 Muharam). Syukuran kuwe awujud tumpeng kendit, diarani ngono soale tumpeng kuwe digawe saka beras abang sing tujukna kanggo para leluhur nang Gunung Slamet.

Ana pengalaman sing dialami kancaku saka brebes ( wis limasan tahun kepungkur ). Critane rombongan mahasiswa pencinta alam saka Semarang lagi ngadakna pendakian maring Gunung Slamet, salah sijine kuwe ya kancaku sing asal brebes. Nang perjalanan balik saka pendakian embuh priben critane ana kanca siji sing kesingsal. diluruh tekan saiki durung ketemu. Saat kuwe dicritani karo wong pinter jarene kancaku nemuni dalan liya sing dikira dalan bener jebule dalan sing nuju maring alam liya. Mergane jare wong pinter kuwe kancaku ngglanggar salah sijine larangan sing kudu dihindari. Wallahualam.......

Gaya Kepemimpinan


Gaya Kepemimpinan

Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing), pembinaan (coaching), demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating).

Pada gaya kepemimpinan otokrasi, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin.


Gaya kepemimpinan pembinaan mirip dengan otokrasi. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih menunjukkan sasaran yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut. Namun, pada kepemimpinan ini anggota diajak untuk ikut memecahkan masalah yang sedang dihadapi.


Pada kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.


Gaya kepemimpinan kendali bebas merupakan model kepemimpinan yang paling dinamis. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran utama yang ingin dicapai saja. Tiap divisi atau seksi diberi kepercayaan penuh untuk menentukan sasaran minor, cara untuk mencapai sasaran, dan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, pemimpin hanya berperan sebagai pemantau saja.



Lalu, gaya kepemimpinan yang mana yang sebaiknya dijalankan? Jawaban dari pertanyaan ini adalah tergantung pada kondisi anggota itu sendiri. Pada dasarnya tiap gaya kepemimpinan hanya cocok untuk kondisi tertentu saja. Dengan mengetahui kondisi nyata anggota, seorang pemimpin dapat memilih model kepemimpinan yang tepat. Tidak menutup kemungkinan seorang pemimpin menerapkan gaya yang berbeda untuk divisi atau seksi yang berbeda.



Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi. Kepemimpinan pembinaan cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi sedang dan komitmen rendah. Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi. Sementara itu, kepemimpinan kendali bebas cocok untuk angggota yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi.

KODE ETIK PECINTA ALAM


KODE ETIK PECINTA ALAM INDONESIA

“ PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA “

“PECINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB KAMI KEPADA TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR ”

” PECINTA LAM INDONESIA SADAR BAHWA PECINTA ALAM ADALAH SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH TUHAN YANG MAHA ESA “

Sesuai dengan hakekat diatas kami dengan kesadaran menyatakan :

1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memelihara alam beserta isinya serta menggnakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.

3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.

4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.

5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam

6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.

7. Selesai.

Disahkan dalam forum gladian nasional ke IV
Di ujung pandang tanggal 29 januari 1974
Pukul 01.00 WITA

SURVIVAL


SURVIVAL

Definisi Survival

Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam.

S : Sadar dalam keadaan gawat darurat

U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah

R : Rasa takut dan putus asa hilangkan

V : Vitalitas tingkatkan

I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya

V : Variasi alam bisa dimanfaatkan

A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya

L : Lancar, slaman, slumun, slamet


Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival ini, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :


S : Stop & seating / berhenti dan duduklah

T : Thingking / berpikirlah

O : Observe / amati keadaan sekitar

P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan


Mengapa Ada Survival

Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :

Keadaan alam (cuaca dan medan)
Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan biasanya timbul akibat
kesalahan-kesalahan kita sendiri.



Kebutuhan Survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor

1. Sikap mental
– Semangat untuk tetap hidup
- Kepercayaan diri
– Akal sehat
– Disiplin dan rencana matang
– Kemampuan belajar dari pengalaman

2. Pengetahuan

– Cara membuat bivak
– Cara memperoleh air
– Cara mendapatkan makanan
– Cara membuat api
– Pengetahuan orientasi medan
– Cara mengatasi gangguan binatang
– Cara mencari pertolongan

3. Pengalaman dan latihan

- Latihan mengidentifikasikan tanaman
– Latihan membuat trap, dll

4. Peralatan

– Kotak survival
– Pisau jungle , dll

5. Kemauan belajar

Langkah yang harus ditempuh bila saudara atau kelompok anda tersesat :

Mengkoordinasi anggota
Melakukan pertolongan pertama
Melihat kemampuan anggota
Mengadakan orientasi medan
Mengadakan penjatahan makanan
Membuat rencana dan pembagian tugas
Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar
Membuat jejak dan perhatian
Mendapatkan pertolongan

Bahaya-bahaya dalam survival

Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Pencegahan :

– Sering berlatih
- Berpikir positif dan optimis
– Persiapan fisik dan mental

2. Matahari / panas

– Kelelahan panas
– Kejang panas
- Sengatan panas

Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :

– Penyakit akut/kronis
– Baru sembuh dari penyakit
– Demam
– Baru memperoleh vaksinasi
– Kurang tidur
– Kelelahan
– Terlalu gemuk
– Penyakit kulit yang merata
– Pernah mengalami sengatan udara panas
– Minum alkohol
- Dehidrasi

Pencegahan keadaan panas :

– Aklimitasi
– Persedian air
- Mengurangi aktivitas
– Garam dapur
– Pakaian :
– Longgar
– Lengan panjang
– Celana pendek
– Kaos oblong

3. Serangan penyakit
– Demam
– Disentri
– Typus
– Malaria

4. Kemerosotan mental

Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah
Keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang
Banyak berlatih

5. Bahaya binatang beracun dan berbisa

Keracunan

Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang
mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
Penyebab : Makanan dan minuman beracun
Pencegahan : Air garam di minum
Minum air sabun mandi panas
Minum teh pekat

Di tohok anak tekaknya

6. Keletihan amat sangat

Pencegahan : Makan makanan berkalori

Membatasi kegiatan

7. Kelaparan

8. Lecet

9. Kedinginan

Untuk penurunan suhu tubuh < 30ƒ C bisa menyebabkan kematian

Membuat Bivak (Shelter)

Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin

► Jenis-jenis Shelter :
- Shelter asli alam
- Gua : Bukan tempat persembunyian binatang
Tidak ada gas beracun
Tidak mudah longsor
- Shelter buatan dari alam
- Shelter buatan

► Syarat Shelter :

Hindari daerah aliran air
Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
Bukan sarang nyamuk/serangga
Bahan kuat
Jangan terlalu merusak alam sekitar
Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang
Nyamuk
Obat nyamuk, autan, dll
Bunga kluwih dibakar
Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk

b. Laron

Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan

c. Lebah

Apabila disengat lebah :
Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
Jangan dipijit-pijit
Tempelkan pecahan genting panas di atas luka

d. Lintah

Apabila digigit lintah :
Teteskan air tembakau pada lintahnya
Taburkan garam di atas lintahnya
Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
Taburkan abu rokok di atas lintahnya

e. Semut

Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
Letakkan cabe merah pada jalan semut
Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut

f. Kalajengking dan lipan

Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan

g. Ular

kenali dahulu jenis ular, apakah berbisa atau tidak.
Ular berbisa biasanya memiliki warna yang mencolok dan memiliki warna yang bervariasi
bentuk kepala ular berbisa lebih runcing daripada ular tidak berbisa
jika ular tidak berbisa maka cukup bersihkan luka, agar tidak infeksi

jika ular berbisa maka:

pertama ikat sekitar bagian tubuh yang terkena gigitan
lalu perbesar sedikit luka dengan cara disayat dengan pisau bersih
pijat-pijat sekitar luka jika perlu dihisap agar bisa keluar, namun jika dihisap jangan sampai tertelan dan segera berkumur dengan air garam atau alkohol
siram bekas luka yang telah dikeluarkan bisanya dengan alkohol / air garam / air sabun
segera bawa korban kerumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut
Membuat Perangkap (Trap)

Macam-macam Perangkap :

Perangkap model menggantung
Perangkap tali sederhana
Perangkap lubang jerat
Perangkap menimpa
Apace foot share

Bahan :

tali/kawat
Umpan
Batang kayu
Cabang pohon
kembali ke atas
Membaca Jejak

► Jenis :

Jejak buatan : dibuat oleh manusia
Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan
Jejak alami biasanya menyatakan tentang :
Jenis binatang yang lewat
Arah gerak binatang
Besar kecilnya binatang
Cepat lambatnya gerak binatang

► Membaca jejak alami dapat diketahui dari :

Kotoran yang tersisa
Pohon atau ranting yang patah
Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 ñ 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 – 5 hari saja tanpa air.

Air yang tidak perlu dimurnikan :

Hujan
Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
Dari tanaman rambat/rotan
Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
Dari tanaman
Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
Air sungai besar
Air sungai tergenang
Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan
Makanan

Patokan memilih makanan :

Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam
Hubungan air dan makanan
Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit
Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak
Tumbuhan yang dapat dimakanDari batangnya :
Batang pohon pisang (putihnya)
Bambu yang masih muda (rebung)
Pakis dalamnya berwarna putih
Sagu dalamnya berwarna putih
Tebu

Dari daunnya :
Selada air
Rasamala (yang masih muda)
Daun mlinjo
Singkong
Akar dan umbinya :
Ubi jalar, talas, singkong

Buahnya :
Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
Jamur merang, jamur kayu

Ciri-ciri jamur beracun :

Mempunyai warna mencolok
Baunya tidak sedap
Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
Bila diraba mudah hancur
punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
Tumbuh dari kotoran hewan
Mengeluarkan getah putih
Binatang yang bisa dimakan:
Belalang
Jangkrik
Tempayak putih (gendon)
Cacing
Jenis burung
Laron
Lebah , larva, madu
Siput
Kadal : bagian belakang dan ekor
Katak hijau
Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
Binatang besar lainnya
Binatang yang tidak bisa dimakan
Mengandung bisa : lipan dan kalajengking
Mengandung racun : penyu laut
Mngandung bau yang khas : sigung
Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
dengan lensa / Kaca pembesar Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
Gesekan kayu dengan kayu.

Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar

Busur dan gurdi

Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar.

Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren